First Time In Labuan Bajo

Pandemi ini memang menyebalkan.

Kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari menjadi terhambat, bahkan di titik tertentu nggak bisa kita lakukan. Hal-hal yang dulu kita anggap biasa menjadi sesuatu yang luar biasa karena menjadi sulit untuk direalisasikan.

Banyak rencana tertunda, bahkan harus dibatalkan. Optimisme yang sedikit demi sedikit dibangun harus kandas karena setiap beberapa bulan muncul berita soal varian baru, larangan baru, dan berita-berita lain yang menyebarkan ketakutan.

Dan sampailah gue di penghujung 2021. Sudah ada sejumlah rencana di kepala yang ingin gue wujudkan di 2022. Ehh, ujug-ujug mulai ramai soal Omicron. Muncul keraguan, bagaimana kira-kira kondisi di tahun depan? Apakah akan sama, lebih baik, atau lebih parah dibanding tahun 2021? Masa harus mengulang ritme yang sama gegara virus ini? Akhirnya gue memutuskan, that’s enough! I will start the new year with something nice. And here I was at the beginning of 2022…

Almost at the top of Padar Island

A New Paradise

Ini kali pertama gue menginjakkan kaki di pulau Flores. Saat pesawat mulai descend, dari jendela terlihat gugusan pulau-pulau kecil hijau dikelilingi pasir putih berserakan di hamparan permadani biru kehijauan. Dramatis? Ngga juga! Memang seindah itu! Bahkan pada saat landing, badan pesawat di sisi kiri terasa sangat dekat dengan rimbunan pohon hijau di perbukitan (nggak tau apa namanya). Gue antara serem tapi excited juga! Maklumlah, namanya juga corporate slave yang sehari-hari pemandangannya cuma gedung beton tinggi dan mall.

Komodo Airport masih terbilang baru dan kecil, jadi gue pun bisa cepat keluar menuju tempat penjemputan dan OTW menuju hotel. Oiya, kota Labuan Bajo ini relatif kecil, jadi perjalanan di dalam kota masih dalam hitungan menit. Dari airport ke hotel gue aja cuma 10 menit. Dan udah ada Grab Bike loh di sini!

A good teaser

Santorini Vibes in Cabo das Flores

Pertama kali gue liat postingan soal Loccal Collection Hotel ini beberapa bulan sebelumnya. Wih, ala-ala Santorini, lucu juga! Tapi karena review-nya mixed, gue memutuskan untuk book satu malam dulu (dan akhirnya gue extend satu malam lagi dengan harga sedikit lebih mahal!). Posisi hotel tepat di depan jalan kecil yang menghadap laut. Jadi jangan heran kalau sesekali ada seperti aroma laut ya, nggak usah ribet mengharapkan wangi-wangi ala hotel bintang lima di Jakarta.

Gue book kamar Deluxe Sea View yang sayangnya posisinya masih di lantai 2 (kurang tinggi). Untungnya jalanan di luar relatif sepi jadi nggak ada gangguan yang berarti. Secara keseluruhan hotel ini memang cantik banget sih! Setiap detail dan sudutnya didesain dengan baik (kan kadang ada hotel yang ngakunya mengadopsi tema tertentu tapi dekorasinya hanya di area utama dan sisanya asal-asalan). Pokoknya estetik dan pas banget buat orang-orang yang ngga mau repot usaha cari angle yang bagus buat foto-foto. Posisi kamar gue pas di lorong menuju ‘Cave’ area, ada ruang spa dan mini gym juga di situ (Yay!).

Sesudah mandi dan beres-beres, gue langsung menuju Infinity Pool area yang terkenal banget di IG dan TT. Dan memang sebagus itu sih.. hahhah.. 

Pertama kali gue turun ke area ini masih jam 2 siang, masih sepi dan hanya ada 2 tamu. Jadi gue bisa enjoy the whole thing by myself for a while. Tapiii.. menjelang jam 4 sore, mulailah berdatangan orang-orang dari luar (bukan tamu yang menginap) yang mau mendokumentasikan diri mereka dengan latar tempat yang cantik ini. Sebenarnya ini hal yang wajar dan biasa sih, cuma memang jadi extra crowded.. and some of them were rather ‘funny’. Sulit bersantai kalau di sofa sebelah ada gerombolan yang kelewat berisik sampai menumpahkan minuman. Wkwkw, anyway.. terlepas dari kelakuan ajaib sebagian pengunjungnya, area ini menjadi favorit gue dan setiap pagi gue datangi untuk sekadar menyerap vitamin D dan vitamin Sea sebelum memulai aktivitas di hari itu.

The Gloomy Days

Bulan Januari memang bukan waktu yang ideal untuk mengunjungi Labuan Bajo. Cuaca kurang bersahabat, terkadang panas membara diikuti oleh hujan deras beberapa jam berikutnya. Ini agak merepotkan buat tour operator dan turis-turis  karena ombak yang besar bisa mengacaukan rencana mereka jalan ke Taman Nasional Komodo. Makanya sebagian boat operator baru membuka jadwal tour mulai bulan Maret. Tapi berhubung dari awal niat gue memang buat santai-santai, jadi gue ngga merasa terlalu terganggu, kecuali waktu cari makan! 

Di luar hujan? Bisa nyantai di kamar atau restoran dengan pemandangan lautan biru yang ramai dengan kapal-kapal yang sedang bersandar. Sekali waktu, saat hujan kelihatannya nggak bakal berhenti sampai malam, gue memilih untuk latihan beban dan yoga di gym. Serasa punya private gym karena nggak ada orang lain di situ. Di lain hari yang lebih sunny, gue memilih untuk jalan kaki menyusuri jalanan dekat dermaga sambil cek situasi dan cari info soal boat tour ke Pulau Komodo.

Share

ACN Written by:

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *